TEACHERS' PAPERS

MERDEKAKAN MURID DALAM BELAJAR

Setiap murid itu unik. Masing-masing memiliki cara belajar berbeda. Karena itu, tidak ada murid yang bodoh. Yang ada hanya guru yang belum menemukan metode mengajar yang tepat. Metode mengajar guru pada dasarnya sangat tergantung sepenuhnya pada tipe belajar sang murid. Sama seperti cara orang mau makan yang tergantung dari tipe makanannya. Kalau mau makan soto ayam, ya jangan makan seperti cara orang mau makan lalapan ayam. Kalau mau makan bubur ayam, ya jangan makan seperti cara orang mau makan ayam bakar. Kalau mau makan mie ayam, ya jangan makan seperti cara orang mau makan ayam goreng.

Sederhananya, cepat tidaknya murid memahami mata pelajaran bukan tergantung dari sulit tidaknya materi, tapi ada pada cara guru mengajar. Sesulit apapun pelajaran, bila diajarkan sesuai dengan tipe belajar anak, maka akan mudah dipahami. Di kalangan pesantren, prinsip dasar pendidikan macam ini dikenal dengan istilah “attoriiqoh ahammu minal maddah”, metode lebih penting dari materi.

Picture 1
Maka, kalau ada murid termasuk kategori tipe manusia yang cara belajarnya lebih dominan pada aspek visualnya, maka metode guru mengajar di kelas ya harus fokus pada sisi visual bukan aspek audionya. Begitu juga dengan tipe-tipe belajar murid yang lain. Masalahnya sekarang, model mengajar di kelas, sering kali bahkan hampir semuanya menyeragamkan metode mengajar. Setiap murid di dalam kelas selalu diasumsikan memiliki tipe belajar yang sama.

Padahal, bila di dalam satu kelas ada dua puluh siswa misalnya, maka besar kemungkinan tipe belajarnya akan berbeda antara murid yang satu dengan yang lain. Karena itu, bijak rasanya bila ada yang mengatakan bahwa setiap guru masuk ke kelas, niat pertama yang diusung bukanlah niat untuk mengajar. Tapi niat untuk belajar.

Bukankah mempelajari karakter murid secara utuh, termasuk diantaranya tipe belajar murid adalah salah satu ciri guru yang baik? Dengan modal pemahaman ini maka wajar bila kemudian ketika di kelas, guru mengaplikasikan kekayaan metode mengajarnya sesuai dengan tipe belajar murid dan jenis mata pelajaran.

Picture 2
Sungguh, setiap anak yang terlahir pada dasarnya membawa keunikan tersendiri. Bukan hanya sidik jarinya yang berbeda dengan anak lain, tapi cara ia belajar pasti juga berbeda. Tapi, sistem pendidikan di negeri ini memaksa setiap murid untuk diseragamkan cara belajarnya.

Dampaknya, murid tidak lagi bisa menikmati nikmatnya belajar karena cara belajar yang diajarkan di sekolah telah menghapus keaslian cara belajarnya yang diberikan Tuhan. Karena tak bisa merasakan nikmatnya belajar maka jangan heran kalau pada akhirnya ada banyak murid yang malas-malasan bangun pagi untuk segera ke sekolah, suka bolos dan pada akhirnya bosan dengan yang namanya aktifitas belajar di kelas.

Kemudian ketika akhir tahun ajaran, para dewan guru sepakat kalau anak tipe ini disimpulkan untuk tidak naik kelas saja karena nilainya jelek. Karena punya nilai jelek maka ia adalah murid bodoh. Bijakkah bila anak yang seperti ini diberi label “bodoh” hanya karena tidak suka masuk kelas lantaran metode mengajar sang guru yang tidak menyenangkan dan sangat membosankan? Bukankah anak macam ini adalah “korban”? Bukankah ia adalah akibat dari berbagai sebab?

(By: Irfan Akbar Rahmatullah)